Dari semenjak kuliah di kimia UNY memang tidak pernah tersirat dalam benak mau bekerja apa? mau bekerja dimana? karena saat itu adalah saat saat yang super sibuk untuk bergelut dengan setumpuk buku. Mulai dari Praktikum dan kuliah teori, dan beberapa aktivitas di lembaga bimbingan belajar hingga pernak pernik nuansa islami di mesjid Al Hidayah Manukan Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta. baik Itu mengajar Taman Kanak Kanak yang lucu, seperti Ahmad, Aya, Sikembar, De Rahma Cerewet. Hingga Taman Kawak-Kawak sekelas mbah Daryo. Namun selepas dari Kampus, mau tak mau seorang lulusan sarjana haruslah memperoleh pekerjaan, yang idealnya sesuai dengan jurusan yang digeluti. Hingga akhirnya sebuah panggilan bekerja mengantarkanku sampai ke tanah borneo. Sebuah perusahaan laboratorium batubara menerima sarjana kimia untuk posisi Management Trainee dengan serangkaian tes yang dilalui. dan yang paling tak terlupakan adalah perjalanan bolak-balik menggunakan jasa commuter line jabodetabek.
Kerja dikalimantan? Jauh, Jauh banget keluargaku berkata seperti itu. Tapi sebetulnya Ngga jauh kok, hanya butuh 3 Jam saja sudah bisa sampai. Sebuah pesawat Lion Air membawaku terbang dari jakarta menuju balikpapan. Dan dari sinilah lembaran hari-hari diisi dengan sesuatu hal yang baru. Teman baru, jelas, teman seangkatan kerja ada Arga dan Yoga, Teman di Lab ada Kang Iful, Moh, Didin, Mehonk dan teman-teman di account ada Kang Aji yang tugasnya seabrek abrek, Burhan, Mislani Mbak Deni, dan Mas Jo.
Segala sesuatunya mengalir begitu saja, sehari dua hari, seminggu dua minggu hingga setahun dua tahun, waktu demi waktu kujalani di Kalimantan. di Kota Balikpapan, hingga di hutan Kutai Barat. Pasar damai, Pasar Buton, Rapak, Kampung Baru. Perjalanan Balikpapan-Samarinda-Tenggarong-Kutai dengan tanjakkan, turunan dan tikungan yang curam telah kulalui. Tanah yang berdebu tebal bila panas terik, dan tanah becek lengket bila hujan menjadi teman sehari-hari. Sepatu Safety, Helm, Kacamata dan Rompi setia menemani. sebagai pelindung panasnya mentari dan debu yang betrbangan kesana kemari.
Di Kutai, hampir setiap hari menyaksikan pemandangan sungai yang panjang, Di Jetty Ds Manau, Muara Pahu dengan kedalaman kurang lebih 8 Meter. Tongkang, Tug Boat dan taksi air menjadi hiburan sehari-hari. Rasa jenuh itu pasti, karena jauh dari keramaian kota, masih jarang mesjid, Mall, Pasar, dan Toko. Semuanya harus dijalani dengan satu kata, Sabar.