Monday, May 20, 2013


Saat ini, katakanlah perjalanan 2010-2020, bermacam-macam kegiatan manusia tidak bisa terlepas dari mesin, Gadjet, dan fasilitas canggih Internet.  Orang jaman dulu (jadul) terbiasa pergi ke sawah, ke kebun, ke sekolah, ke kantor atau ke tempat kerja lain banyak yang berjalan kaki atau bersepeda. Dipagi buta, saat udara sejuk berhembus, alam yang segar, samping kanan dan kiri jalan banyak ditumbuhi pepohonan, dan ditengah kicauan burung pagi mereka berjalan beriringan. Tanpa disadari dengan berjalan kaki atau bersepeda sebetulnya itu sangat baik sekali untuk kesehatan tubuh, karena paru-paru akan mendapat oksigen segar, memperlancar detak jantung, memompa darah lebih kuat, memperlancar aliran darah, urat-urat syaraf kaki menjadi aktif dan otak pun menjadi segar. Namun kini kebiasaan yang baik itu sudah banyak ditinggalkan. Orang kini terbiasa dengan sepeda motor atau dengan mobil. Hampir setiap rumah, setiap keluarga sekarang memiliki sepeda motor. Meskipun jarak yang ditempuh hanya beberapa meter saja mereka lebih memilih memakai sepeda motor. Atau biar terlihat lebih wahh, mereka ke sekolah membawa mobil pribadinya, padahal jarak rumah dan sekolahnya tidak sampai 1 KM. Sebagian orang memakai sepeda motor karena “Urgent” Namun sebagian yang lain memakai sepeda motor karena “Gengsi”. Ada cerita Seorang anak SMA memaksa kedua orang tuanya untuk membelikannya sepeda motor, ia gengsi karena semua teman-teman dikelasnya pergi ke sekolah memakai sepeda motor, kalau tidak ada sepeda motor dia nangis, ngamuk, marah-marah dan tidak mau berangkat sekolah. Akhirnya orangtua mengalah, dengan uang 2-3 juta saja mereka sudah bisa memperoleh sepeda motor baru dengan pembelian cicilan sitem kredit dalam jangka waktu tertentu. yang banyak memberi keuntungan pada rentenir, dengan harga yang lebih besar, hampir mencapai 2x lipat dari harga sebenarnya. Akhirnya sang anak memperoleh sepeda motor baru. Dan walhasil, lihatlah di sekolah-sekolah sekarang ini, “SEKOLAH LEBIH MIRIP TERLIHAT SEBAGAI TEMPAT PARKIR”.


Memang dengan sepeda motor atau mobil, waktu perjalanan semakin cepat dibanding berjalan kaki atau bersepeda  sehingga efektifitas kerja semakin baik. Namun tidak kita sadari berbagai macam masalah pun muncul darinya, ada masalah kemacetan dijalan (masalah crusial no wahid di Jakarta), kecelakaan semakin tinggi akibat padatnya kendaraan (coba saja anda saksikan dikota-kota besar atau anda melihat berita televise yang memuat acara “Mudik Lebaran”  isinya banyak dihiasi kemacetan dan kecelakaan. Dan bahkan sampai muncul komunitas “Geng Motor” dan “Curanmor” yang meresahkan hidup masyarakat.
            Orang jaman dulu (jadul) pergi bersilaturahim, ingin mengobrol dengan sanak family yang jauh, berbagi kabar berita dengan surat menggunakan jasa kantor pos, atau mereka pergi langsung berkunjung kerumahnya, mereka biasa bertemu membawa makanan atau oleh-oleh, main-main, ngobrol-ngobrol, ngopi-ngopi, membawa serta anaknya, sehingga tercipta kehangatan dan keharmonisan antar saudara, kerabat atau sanak familinya. Adik berkunjung pada kakak, berkunjung ke tempat paman atau bibi atau kakek atau  kerumah saudara sepupu dan lain sebagainya. Namun orang kini lebih suka menggunakan Handphone, SMS atau telfon saja mungkin sudah cukup. Dengan handphone atau gadjet lainnya mereka lebih cepat bertukar informasi. Dengan teknologi 3G Mereka bisa berbicara, mengobrol sekaligus menatap mukanya dari tempat yang jauh.  Bahkan Handphone saat ini tidak hanya Untuk sms atau telfon atau ngobrol tapi bisa juga untuk  keperluan lain seperti transfer uang, beli pulsa, membayar tagihan telpon, tagihan PLN, belanja tiket pesawat dll. Namun tanpa disadari pula, orang kini banyak terlena dengan gadjetnya,  orang kemana-mana membawa gadjetnya. Pria, wanita, Dewasa, Remaja bahkan anak-anak SD dan anak-anak TK sekalipun memiliki gadjet di saku bajunya. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran dan masalah baru. Anak-anak SD atau anak TK sebetulnya tidak terlalu urgent dengan HP atau Gadjet, toh mereka belum ada relasi yang cukup luas, atau bukan orang bisnis atau orang penting yang dicari banyak orang. Sekolah mereka pun tidak terlalu jauh, kalau hanya untuk minta dijemput pulang sekolah tidak perlu sms atau telpon, karena toh waktu pulang sekolah jadwalnya sudah pasti. Coba kita saksikan anak-anak itu, mereka membawa HP atau Gadjet, pasti mereka asyik dengan permainan atau game yang ada di dalamnya, mereka bisa bertahan berjam-jam dengan gamenya, Respon mereka pada orang tua mereka menjadi kurang, saat orang tua memanggil namanya, atau saat bertanya,  dia kurang begitu respon karena perhatiannya asyik tertuju pada gamenya. Waktu belajar menjadi kian sempit dan bahkan lupa atau terlupakan. Bahkan mungkin bisa seharian bermain game tanpa belajar. Bagaimana dengan PR dan tugas-tugasnya? bagaimana dengan kualitas berfikirnya? bagaimana dengan kecerdasan dan sikapnya? Bagaimana dengan sopan santunnya? Dan bagaimana dengan masa depannya???
Saat ini, orang lebih senang melakukan kegiatan ekonomi dari meja kerjanya (walaupun tidak 100 %), mereka lebih memilih bisnis system online, fasilitas internet yang murah dan mudah serta banyaknya informasi yang tersaji. Terlihat di kampus-kampus, mahasiswa lebih senang berselancar didunia maya, lebih senang bertanya kepada mbah “google” daripada membuka lembaran buku-buku yang ada di perpustakaan. Namun dari sini banyak timbul budaya copy paste, karya dan kreativitas berfikir menjadi berkurang. System berfikir analis, analogis, daya nalar menjadi kurang terasah karena seringnya melakukan copas. Orang bisa bertahan sampai berjam-jam didepan computer untuk berselancar didunia maya, entah itu bisnis, belajar, mencari berita Koran online atau untuk hiburan membuka twitteran, atau facebookan. Orang menjadi lupa waktu, siang dan malam menjadi tidak ada bedanya, karena mereka selalu berada didalam ruangan yang tertutup. Makan menjadi tidak teratur, jam tidur menjadi tidak teratur, terlalu lama duduk, kurang berolah raga dan Akhirnya menjadi gaya hidup yang kurang sehat dan menimbulkan banyak penyakit.

Saturday, May 11, 2013

Dari semenjak kuliah di kimia UNY memang tidak pernah tersirat dalam benak mau bekerja apa? mau bekerja dimana? karena saat itu adalah saat saat yang super sibuk untuk bergelut dengan setumpuk buku. Mulai dari Praktikum dan kuliah teori, dan beberapa aktivitas di lembaga bimbingan belajar hingga pernak pernik nuansa islami di mesjid Al Hidayah Manukan Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta. baik Itu mengajar Taman Kanak Kanak yang lucu, seperti Ahmad, Aya, Sikembar, De Rahma Cerewet. Hingga Taman Kawak-Kawak sekelas mbah Daryo. Namun selepas dari Kampus, mau tak mau seorang lulusan sarjana haruslah memperoleh pekerjaan, yang idealnya sesuai dengan jurusan yang digeluti. Hingga akhirnya sebuah panggilan bekerja mengantarkanku sampai ke tanah borneo. Sebuah perusahaan laboratorium batubara menerima sarjana kimia untuk posisi Management Trainee dengan serangkaian tes yang dilalui. dan yang paling tak terlupakan adalah perjalanan bolak-balik menggunakan jasa commuter line jabodetabek.
Kerja dikalimantan? Jauh, Jauh banget keluargaku berkata seperti itu. Tapi sebetulnya Ngga jauh kok, hanya butuh 3 Jam saja sudah bisa sampai. Sebuah pesawat Lion Air membawaku terbang dari jakarta menuju balikpapan. Dan dari sinilah lembaran hari-hari diisi dengan sesuatu hal yang baru. Teman baru, jelas, teman seangkatan kerja ada Arga dan Yoga, Teman di Lab ada Kang Iful, Moh, Didin, Mehonk dan teman-teman di account ada Kang Aji yang tugasnya seabrek abrek, Burhan, Mislani Mbak Deni, dan Mas Jo.
Segala sesuatunya mengalir begitu saja, sehari dua hari, seminggu dua minggu hingga setahun dua tahun, waktu demi waktu kujalani di Kalimantan. di Kota Balikpapan, hingga di hutan Kutai Barat. Pasar damai, Pasar Buton, Rapak, Kampung Baru. Perjalanan Balikpapan-Samarinda-Tenggarong-Kutai dengan tanjakkan, turunan dan tikungan yang curam telah kulalui. Tanah yang berdebu tebal bila panas terik, dan tanah becek lengket bila hujan menjadi teman sehari-hari. Sepatu Safety, Helm, Kacamata dan Rompi setia menemani. sebagai pelindung panasnya mentari dan debu yang betrbangan kesana kemari.
Di Kutai, hampir setiap hari menyaksikan pemandangan sungai yang panjang, Di Jetty Ds Manau, Muara Pahu dengan kedalaman kurang lebih 8 Meter. Tongkang, Tug Boat dan taksi air menjadi hiburan sehari-hari. Rasa jenuh itu pasti, karena jauh dari keramaian kota, masih jarang mesjid, Mall, Pasar, dan Toko. Semuanya harus dijalani dengan satu kata, Sabar.

Total Pageviews

Popular Posts